|
Sampai sekarang ini, masih
banyak baik penghobi maupun peternak pemula dan sebagian kecil peternak
lama yang tampaknya "alergi" terhadap perkutut engkel. Apa pasalnya sehingga
mereka mempunyai pandangan demikian, ternyata mereka beranggapan bahwa
perkutut engkel mempunyai kemungkinan menurunkan piyik-piyik engkel juga.
Ternyata pandangan seperti ini terbukti salah !
"Jangan menilai suara perkutut dari satu unsur saja, tapi harus secara keseluruhan dan dalam menilai suara perkutut untuk lomba berbeda dengan menilai suara perkutut untuk ternak", demikian komentar Bp. Ketong seorang pakar perkutut Jakarta. Tampaknya walaupun hanya berupa ucapan 1-2 baris, namun pernyataan tersebut mengandung makna yang dalam. Sehingga banyak pengemar maupun penghobi perkutut terkadang heran melihat indukan yang dianggapnya tidak sebaik indukan yang dimilikinya tetapi kualitas hasil piyikannya jauh di atas indukannya yang mutunya lebih baik. Perkutut engkel maupun yang
hanya jalan 3 secara umum mempunyai kekurangan yang sama yaitu suara tengah
yang sedikit, namun tentunya hal ini harus dipandang sebagai satu kekurangan
saja dan tidak bisa dianggap sebagai faktor keseluruhan dari mutu suara
perkutut. Sebab secara keseluruhan mutu suara seekor perkutut meliputi
:
Jika kita melihat unsur mutu dari seekor perkutut engkel / jalan tiga, maka yang menjadi kekurangannya adalah pada suara tengah dan hanya kurang pada jumlahnya dan belum tentu pada kualitas suara tengah itu sendiri. Dari suara tengah yang hanya ada 1 atau 2 ketuk ini, terdapat beberapa variasi mutu mulai dari yang kurang sampai bagus sekali. Jika suara tengahnya tipis dan rapat, maka tentu mutu suara tengahnya berarti kurang, namun jika suara tengah ini sangat tebal dan senggang maka suara tengah ini mutunya bagus sekali. Bervariasinya mutu suara perkutut engkel maupun jalan tiga menyebabkan harganya sangat bervariasi mulai dari yang afkir dengan harga di bawah 100 ribu seekornya sampai yang mutunya bagus, dimana tercatat harga seekor perkutut engkel berkualitas bagus sekali untuk ternak asal Surabaya terjual dengan harga 20 juta rupiah. Tetapi seberapa jauh fakta
dari pendapat ini ?
Sebuah tabloid hobi burung
juga pernah menulis pernyataan dari H. Muhammad Huzaini yaitu pemilik burung
yang bernama Susi Susanti menyatakan bahwa perkutut engkel dan jalan tiga-nya
tidak dijualnya karena umumnya orang hanya berani membeli dengan harga
relatif murah dan akhirnya dipakai untuk diternak, ternyata hasilnya malah
bagus-bagus.
Okto SP
|