Dalam beternak perkutut tentunya
kita mempunyai tujuan hasil yang ingin dicapai. Dalam menentukan target
harus berdasarkan pada modal yang kita miliki yaitu kualitas indukannya.
Dari hasil pantauan lebih dari 50 pasangan perkutut dari farm sendiri dan
bird farm kawan-kawan, didapatkan kenyataan bahwa hasil yang didapatkan
95 % diturunkan dari kedua induknya (bukan dari darah, kakek/nenek ataupun
paman tetapi dari kualitas individu), hal ini sesuai dengan metode yang
dipakai oleh breeders berbagai macam hewan maupun ternak di dunia yang
menganut metode pemilihan indukan berkualitas (individual selection) dan
bukan family selection atau blood line selection.
Metode ini mempunyai tingkat
kemelesetan yang jauh lebih rendah dibandingkan metode family dan blood
line selection.
Selain indukan yang berkualitas,
juga diperlukan crossing yang tepat yaitu pemilihan indukan yang
jantan dan betinanya memiliki suara yang cocok, yang mempunyai kombinasi
yang baik yang mungkin diturunkan kepada anak-anaknya.
Setelah memenuhi kriteria kualitas
individu yang baik / memiliki kelebihan (tentunya disesuaikan dengan
keuangan) dan crossing yang tepat maka berdasarkan hasil pengamatan dan
penelitian, kemungkinan kualitas anak dapat dihitung seperti di bawah ini
:
· Dalam penilaian mutu suara
dikenal 5 kategori yaitu mutu untuk suara depan, tengah, belakang, latar
dan irama yang masing-masing nilai maksimal adalah 9, total 45. Untuk memudahkan
ilustrasi perhitungan kemungkinan, kita anggap penilaian dalam angka 5
s/d 9.
Rumus yang didapat :
Mutu suara anak telur 1 +
suara seteluran-nya = Mutu suara jantan + Betina
Mutu suara anak telur 2 +
suara seteluran-nya = Mutu suara jantan + Betina
· Dalam setiap kali bertelur,
seekor induk betina bertelur 2 butir.
Dalam perhitungan, misalnya
:
Kualitas Induk Jantan
7,5
Kualitas Induk Betina
8,1
Maka hasil yang didapat pada
umumnya :
Piyik dari Telur I
Piyik dari telur II
Total
Tetasan pertama :
7.6
8.0
15.6
Tetasan ke dua
:
7.8
7.8
15.6
Tetasan ke tiga
:
8.3
7.3
15.6
Tetasan berikutnya :
7.2 s/d 8.4
7.2 s/d 8.4
15.6
Dari simulasi berdasarkan rumus
yang didapat berdasarkan pengamatan, dapat disimpulkan sebagai berikut
:
1. Kualitas indukan menentukan
kualitas piyik yang dihasilkan.
2. Hasil piyik bisa bervariasi,
dengan mutu di atas atau dibawah mutu indukkan. Tetapi perbedaan di atas
atau dibawah mutu indukan mempunyai batas tertentu.
3. Dengan crossing yang benar,
maka didapat piyik yang kualitasnya lebih baik dan lebih rendah dari suara
indukan, sehingga piyik yang kualitasnya lebih baik dari indukan bisa dipakai
sebagai indukan yang bisa menghasilkan piyik yang lebih baik.
Kemungkinan Kombinasi mutu
pada anak tersebut dapat diuraikan sbb :
1. Mirip induk jantan atau
betinanya.
2. Mewarisi kekurangan induk
jantan dan kelebihan betina atau sebaliknya
3. Mewarisi kelebihan induk
jantan dan betina.
4. Mewarisi kekurangan induk
jantan dan betina.
Kemungkinan variasi ini sesuai
dengan hukum Mendel. Dan kemungkinan mana yang paling mungkin muncul banyak
tergantung dari berbagai faktor baik yang internal maupun eksternal:
1. Pengaruh kekuatan gen,
sangat menentukan munculnya mutu induk yang memiliki gen dominan (kuat)
terhadap induknya yang memiliki gen resesif (lemah)
2. Faktor eksternal yang mempengaruhi,
misalnya gizi makanan, kebersihan dan sinar matahari. Pada perkutut dewasa,
pengaruh perawatan yang buruk termasuk gizi makanan, sinar matahari dan
kebersihan
dapat menyebabkan perubahan mutu suara misalnya menurunnya tingkat kestabilan
suara atau menurunnya step dari double menjadi sari atau bahkan dari double
menjadi engkel. Disebabkan faktor eksternal tersebut dapat menyebabkan
perubahan dan penurunan pada perkutut dewasa maka faktor eksternal tersebut
dapat pula mempengaruhi mutu piyikan yang dihasilkan.
Okto SP
Untuk informasi yang lengkap dan mendalam, miliki buku "Menghasilkan
Perkutut Berkualitas" |