BULETIN MILIS PERKUTUT MANIA
EDISI BULAN JULI 1999



POLL: Perlukah trah darah untuk breeding ?

Untuk mencetak perkutut berkualitas suara yang unggul, seberapa besar peranan trah darah dalam keputusan anda memilih indukan untuk diternakan.

Please select one of the following:

A. Trah darah perlu ditelusuri sebelum beternak

B. Trah darah perlu tapi crossing suara lebih penting

C. Trah darah tidak perlu yang penting crossing suara

Dari seluruh Anggota Milis P'Mania yang memberikan jawaban atas pertanyaan di atas, 100% memilih jawaban ke-2 yaitu Trah darah perlu tapi crossing suara lebih penting.


SUBJECT : Perkenalan, Kode pada ring dan Menjodohkan perkutut

Saya Pinto Sjafri, seorang penggemar suara perkutut. Saya banyak belajar dari ayah saya yang sejak dulu memang hobby dengan perkutut. Namun saya masih bingung dengan kode yang terdapat digelang perkutut. Adakah rekan yang dapat membahas masalah ini ?.

Saya Juga sudah menyatukan sepasang perkutut dengan sangkar 1.5 kali 80 kali 80, karena saya punya seekor pekutut betina yang bersuara bagus dan waktu di dalam sangkar sendirian, dia bisa betelur jadi saya satukan dia dalam kandang dengan seekor perkutut jantan, namun sampai saat ini belum ada tanda dia bertelur lagi. Adakah rekan yang dapat membeikan saran tentang masalah ini, kalau bisa dibahas ya !

Oh ya saya seorang mahasiswa semester 8 di salah satu universitas swasta di Jakarta, mungkin saya yang paling muda jadi saya dengan hormat meminta pada rekan rekan perkutut mania untuk bersedia menerima saya menjadi salah satu anggota perkutut mania.

Wassallam,

Pinto Sjafri
 

Tanggapan / Jawaban dari Sdr.Okto atas pertanyaan Sdr. Pinto Sjafri, seorang penggemar suara perkutut. " Namun saya masih bingung dengan kode yang terdapat digelang perkutut. Adakah rekan yang dapat membahas masalah ini ?"
 

KODE PADA RING PERKUTUT

Ada beberapa jenis peng-kode-an yang umum pada ring perkutut yaitu :

1. Sistem Ring tunggal

yaitu pengkode-an dengan mengunakan satu ring, umumnya kodenya berupa :     a. Kode Peternakan dan nomor urut : misalnya ABC 137, ABC 138 dst....
    b. Kode perternakan, nomor kandang dan nomor urut.
        Misalnya : ABC 07 K-11 ---> dari farm ABC piyik nomor 7 dari kandang 11
 

2. Sistem Ring ganda

yaitu pengkode-an dengan mengunakan dua ring yaitu sebuah ring tanda yang berbeda warna untuk masing-masing kandang. Ring tanda ada yang polos dan ada pula yang ada tulisan nama peternakan. Sedangkan kode pada ring nomornya umumnya hanya berisi kode tertentu dan nomor urut. Untuk peternakan di Indonesia oleh P3SI (organisasi resmi pengemar perkutut) menganjurkan pengunaan tanda P3SI pada ring perkutut sebagai tanda bahwa perkutut tersebut adalah produk nasional.

Mungkin Sdr.Rudy akan menambahkan uraian saya di atas yang mungkin belum lengkap.

Tambahan Jawaban dari Sdr. Rudy :

Selamat Datang di P'Mania. Semoga milis ini memberikan manfaat bagi Anda.

Peternak Perkutut maupun peternak burung lainnya biasanya memberikan identifikasi untuk perkutut hasil ternakannya. Identifikasi pada seekor perkutut hasil ternakan umumnya berupa : cincin di kaki (kiri atau kanan atau keduanya), kitir dan sertifikat. Cincin perkutut memang sudah dipastikan digunakan oleh peternak sedangkan kitir dan sertifikat ada peternak yang tidak menggunakannya. Ada juga perkutut cut ring maksudnya perkutut yang dihilangkan identifikasinya dengan sengaja oleh peternaknya.

Identifikasi pada cincin ada berbagai macam yang digunakan oleh peternak dan memang tidak ada bakunya. Identifikasi tersebut umumnya :

  1. Memuat nama bird farm atau pemilik bird farm. Nama peternakan atau pemilik peternakan ada yang langsung digabungkan di satu cincin, tetapi ada pula dipisahkan secara tersendiri di kaki perkutut.
  2. Memuat nama kandang, misalnya XX B-5 (kandang blok B No. 5 milik XX Bird Farm atau kandang blok B No. 5 milik XX )
  3. Memuat nomor urut produksi perkututnya. Nomor urut ini ada yang semua produksi kandang diurutkan menjadi satu ada juga yang dibedakan berdasarkan masing-masing kandang. Ini pertimbangan efisiensi dan efektifitas si peternak saja. misalnya : XX 109 (produksi ke 109 milik XX Bird Farm atau produksi ke 109 milik XX )
Peletakan cincin juga nggak ada standarnya : Ada yang ditemui peternak yang sengaja meletakan cincin (satu cincin) berselang-seling untuk dua perkutut setelur untuk memudahkan identifikasi jenis kelamin apabila perkutut tersebut menginjak remaja. Mengenai warna juga tidak ada standarnya : Ada yang ditemui peternak yang sengaja menggunakan warna sebagai identifikasi kandang. Misalnya kandang x memakai dua cincin warna kuning di kanan dan merah di kiri.

Cincin untuk identifikasi biasanya terbuat dari aluminium, tetapi sekarang banyak juga ditemui peternak selain menggunakan cincin aluminium juga menggunakan cincin plastik (atau bahan sejenis plastik) warna warni (dua warna, tiga warna, atau empat warna) di kaki yang lainnya. Penggunaan cincin plastik ini biasanya digunakan untuk identifikasi hasil produksi kandang mana perkutut tersebut.

Perkutut belum mau jodoh dapat terjadi dari berbagai sebab misalnya : jenis kelamin sama (kesalahan ini bisa saja terjadi karena sampai dengan saat ini tidak ada yang bisa 100% memprediksi jenis kelamin perkutut), faktor usia, kenyamanan kandang dari gangguan, makanan yang diberikan, adaptasi karena nampaknya si perkutut baru dipindahkan ya, dll. Mengenai ukuran kandang tidak menjadi masalah.
 

ARTIKEL UNTUK DISKUSI :

10 LANGKAH BETERNAK PERKUTUT

SUMBER : AGROBIS MINGGU III MEI 1998

Hobby yang mengayikkan sekaligus bisnis yang menggiurkan. Itulah beternak perkutut. Bagaimana agar kita tidak salah jalan dalam beternak perkutut ? Atau biaya sekolahnya tak membutuhkan duit segudang ? Ikuti beberapa tahapan beternak perkutut yang baik dan benar berikut !

I. Sekolah Dulu

Namanya juga beternak, langkah pertama yang perlu kita lakukan adalah menyiapkan indukan untuk ditangkar. Disinilah biasanya para pendatang baru (baca pemula) sering babak belur. Habis duit segudang tanpa hasil yang diharapkan. Karena itu kalangan Kung Mania sering berseloroh, "sekolah" perkutut itu biayanya amat mahal. Kenapa mesti mahal bila kita tahu trik-triknya ?

Agar biaya sekolah itu tak mahal, kita jangan emosi dengan mengandalkan kekuatan modal di kocek. Anggap saja seperti layaknya sekolah formal. Mulai dari TK, SD, SMP dan seterusnya. Jangan malu dikatakan punya duit tapi beli burung cepekan (seratus ribuan).

Beli dulu yang murah-murah sembari belajar dan memahami berbagai aspek suara perkutut. Belilah piyik lalu peliharalah sampai dewasa. Tujuannya, agar faham betul, bila sewaktu piyik kualitasnya demikian setelah dewasa berubah demikian.

Setelah mulai paham sekolahnya baru ditingkatkan. Mulai beli burung-burung yang agak mahalan sedikit. Sebaiknya juga tetap piyik. Tujuannya sama, untuk memantau perkembangannya. Tahapan ini terus naik sesuai dengan jumlah dana yang tersedia.

Setarakan antara kekuatan modal dengan ilmu yang ada. Kalau mengertinya masih setengah-setengah, sebaiknya beli burung dengan harga menengah. Agar terhindar dari gorokan dan tak memunculkan seloroh, "sekolah perkutut mahal harganya".

II. Pelajari Darah (Blood Line)

Nyaris 90% peternak sukses mengatakan, bahwa unsur darah turunan yang mengalir pada seekor perkutut amat menentukan kualitasnya. Karena itu carilah piyik-piyik atau calon bibit dengan aliran darah yang baik. Kalau perlu darah langsung para juara.

Dengan mempelajari aliran darah yang mengalir pada seekor perkutut, minimal kita masih bisa selamat. Sebab sering terjadi, meski dibeli dengan harga cepekan tetapi saat diternak melahirkan juara. Itu dikarenakan aliran darah yang mengalir masih membawa turunan juara.

Agar makin paham dengan darah darah beken, sebaiknya ikuti silsilah setiap jawara. Setelah paham betul sampai kakek buyut para jawara, barulah masuk ke peternak untuk berburu piyik berbakat atau calon indukan bermasa depan.
 

III. Nonton Konkurs atau Latihan

Anda tidak akan diusir bila datang melihat latihan rutin yang banyak digelar di kota Anda. Atau datanglah melihat konkurs resmi. Disitu, Anda bisa belajar banyak. Selain mematangkan ilmu suara perkutut yang baik dan benar, juga sekaligus memahami bagaimana karakter Kung Mania.

Di arena tersebut Anda bisa berkenalan dengan sejumlah peternak, para botoh atau juri dan bahkan para pakar. Belajar dan janganlah malu untuk bertanya bilamana perlu.

Disitu Anda juga sekaligus bisa menguping, berapa harga pasaran untuk seekor perkutut berdasarkan kualitas suaranya. Tujuannya, Anda tidak tersembelih bila suatu ketika datang ke peternak atau showroom untuk membeli calon indukan.

IV. Memilih Peternak

Pilihan yang tepat pada peternak untuk pengadaan bibit juga amat menentukan. Sebab sekarang ada ribuan peternak di seluruh tanah air dengan kualifikasi gurem, menengah dan besar. Tak perlu gerah datang ke peternak gurem, karena setiap peternak pasti punya yang baik dan yang kurang.

Bukan jaminan datang ke peternak raksasa dan papan atas pasti mendapat burung bagus dan bisa jadi juara atau menurunkan anak juara kalau diternak. Sebaliknya, produk peternak gurem tak selamanya jelek, jauh dari juara dan susah diternak.

Berdasarkan keyakinan akan kemampuan diri ada baiknya Anda untuk menerobos semua peternak yang Anda ketahui alamatnya. Nongkronglah disana minimal dua jam untuk memperhatikan indukan yang peternak bersangkutan ternakan. Juga piyik-piyik produksi mereka plus darah-darah yang mereka ternak.

Untuk dicatat, seorang peternak yang baik dan mapan, biasanya sudah kelihatan konsisten. Sudah memiliki ciri khas akan ciri produk mereka misalnya peternak A piyik-piyik yang Anda pantau punya ciri khas, sebut saja powernya. Atau suara ujungnya rata-rata ndelosor.

Ciri khas itu biasanya bawaan tanpa sengaja kesukaan tipe suara perkutut yang mereka sukai, misalnya peternak A suka akan tipe suara perkutut yang panjang bak kucing kejepit, maka bisa dipastikan indukan yang mereka ternak juga bertipe demikian. Tipe yang sama juga akan Anda temui pada piyik yang mereka produksi.

Peternak yang sudah mulai konsisten dan punya ciri khas demikian umumnya sudah peternak secara intensif selama lebih dari dua tahun. Atau ciri khas itu mulai nampak manakala mereka sudah sampai ke generasi ketiga yang mereka ternak. Atau sudah mulai banyak menggunakan anakan sendiri (pilihan) untuk dijadikan indukan serta hanya menggunakan maksimal 25% indukan dari luar. Indukan dari luar, bagi peternak mapan dan konsisten hanyalah sebagai pemberi corak. Misalnya, agar bisa menguber gaya baru yang lagi ngetrend.

Peternak yang belum mapan, antara lain ditandai dengan variatifnya merk bibit yang mereka ternakkan. Ini juga pertanda bahwa peternak yang bersangkutan masih dalam tahap mencari bentuk.

Bila menemui peternak demikian, sebetulnya kesempatan buat Anda untuk merogoh produk terbaik mereka. Karena yang mereka ternakkan masih F/1, biasanya mereka kurang kontrol akan produknya karena variatifnya, kualitas dan tiadanya ciri khas. Carilah kelengahannya, kemudian sabet yang Anda incar.

Jangan terpancang pada kandang favorit peternak yang bersangkutan karena bila itu yang Anda buru, pastilah bandrolnya lebih mahal dibanding anakan dari kandang lainnya.

Yang terpenting dalam memilih peternak adalah mencoba mencari tahu, apakah peternak bersangkutan betul-betul mengerti atau tidaknya burung perkutut. Tes dan coba tanyakan misalnya si juara bernama A itu induk bapaknya siapa. Atau, bila seekor perkutut jalan dobel diternak dengan jalan engkel keluar anaknya rata-rata bagaimana.

Coba tanyakan satu persatu kandang favorit atau kandang lainnya bagaimana kualitas bibit yang diternak. Misalnya kandang 1, bapaknya jalan bagaimana ibunya bagaimana. Peternak yang serius akan dengan mudah menjawab pertanyaan demikian karena dia betul-betul memantau indukan sebelum diternakan.
 

V. Memilih Calon Indukan

Agar lebih cepat proses beternaknya, yang paling tepat memang membeli calon indukan yang sudah berumur. Seekor perkutut yang siap diternak bilamana usianya sudah mencapai 6-7 bulan. Tetapi di usia sekitar 4 bulan sudah mulai bisa dimasukkan kandang penangkaran.

Menurut sejumlah peternak, bila dimasukkan kandang dalam usia muda (sekitar 4 bulan) proses perjodohan akan lebih mudah. Atau cepat jodoh. Beda misalnya dengan yang sudah sudah berumur, seringakali cekcok. Yang jantannya galak selalu menghajar betinanya atau sebaliknya.

Calon indukan yang baik untuk diternakkan, minimal tiga unsur suaranya terpenuhi.Suara depan,suara tengah,dan suara ujung terpenuhi. Air suara (latar) juga perlu diperhatikan,apakah cowong bergaung dengan echo yang bagus atau basah dan serak. Yang bagus untuk diternak adalah yang air suaranya cowong. Volume bisa disesuaikan, senang yang gede atau yang kecil kristal.

Yang jelas, biar bersuara besar (nada rendah) atau kecil (nada tinggi), ketukannya haruslah jelas didengar. Atau biasa diistilahkan tebal dan tipisnya suara.

Jarak antar ketukan juga harus agak renggang atau biasa diistilahkan lelah atau senggang. Tapi bila terlalu senggang juga amat membahayakan, seringkali malah patah atau tidak sampai.

Perkutut dengan suara patah biasanya karena napasnya tidak sampai. Karena itu orang kemudian mengistilahkannya dengan power. Ada tidaknya power yang bisa disimak dari tekanan kala bunyi. Apakah tandas tajam atau malas tanpa ada daya untuk mendorong suara lepas dari hidung.

Jalan suara juga penting. Misalnya dobel, engkel, satu setengah dan seterusnya. Saat ini trennya adalah perkutut bersuara minimal satu setengah (Klauuu Ke..thek..thek..Kung) atau dobel (Klau Ke..thek..ke..thek..Kung).

Tetapi jangan lantas berpedoman pada uraian di atas lalu ketika mencari burung dobel lelah unsur suara lengkap dengan hanya duit cepek. Karena perkutut berkualifikasi demikian umumnya sudah dibandrol di kisaran minimal 500 ribu per ekor.

Dengan duit cepek Anda mungkin masih bisa mendapat perkutut bersuara dobel tapi tak lelah dan ujung panjang ndelosor. Atau satu setengah agak lelah tapi ujungnya tidak panjang. Tak mengapa, ujung kurang bisa dikawinkan dengan yang ujungnya lebih dan seterusnya.

Selain faktor di atas dalam mencari indukan sekali lagi ada baiknya juga untuk memperhatikan faktor darah yang mengalir di tubuh perkutut yang bersangkutan.
 

VI. Belajar Crossing

Setelah calon indukan telah terkumpul, sebaiknya Anda mulai "sekolah" lagi. Kali ini ke jurusan silang menyilang atau bagaimana cara mengawinkan pasangan perkutut agar nantinya melahirkan anakan yang bagus.

Bila ini jalan pintas seperti yang sekarang banyak dilakukan peternak adalah memfotocopy kandang favorit atau kandang yang telah melahirkan juara. Misalnya kandang Super Beken dari peternak Kangen Juara yang telah melahirkan juara berisikan indukan jantan Bogem - 9 dan betina Tinju - 8. Bila Anda memang mampu menggaet adik atau kakak dari Bogem - 9 dan Tinju - 8 langsung saja masukkan kandang dan kawinkan.

Memang tak seluruhnya proses fotocopy tersebut berhasil. Bahkan sedikit yang melaporkan sukses. Tapi toh cara ini belakangan mulai banyak dilakukan oleh peternak. Dan uniknya anak-anak copyan tersebut juga laris manis. Mungkin bagi para pembeli lebih baik membeli fotocopyan yang lebih murah daripada yang asli.

Perihal bagaimana silang menyilang yang baik, ada baiknya belajar langsung ke sejumlah peternak yang telah sukses melahirkan juara. Mereka ini umumnya sudah paham teknik silang menyilang. Sebab bagaimanapun bila teknik itu diuraikan disini akan memakan banyak halaman. Itupun belum ada rumus pasti.
 

VII. Siapkan Kandang

Setelah beberapa pasang calon indukan terkumpul barulah Anda menyiapkan kandang penangkarannya. Ukurannya tidak ada ketentuan pasti. Bisa sepanjang 1,2 meter tinggi 1,8 meter dan lebar 50-70 cm. Yang mutlak diperlukan adalah panas matahari langsung.

Perihal lantai juga tak mutlak harus pasir atapnya juga bisa asbes, genting atau apa saja. Yang jelas jarak antar sarang dengan genting tak boleh terlalu dekat bila tak ingin telurnya nanti kopyor karena suhu dan kelembaban udara di kandang tidak sesuai.

Kandang tersebut bisa saja dibangun dengan konstruksi kayu, aluminium atau besi. Tergantung kekuatan dompet kita. Bisa dibangun di atas tanah atau lantai atas rumah kita. Bisa juga di halaman sempit atau lahan luas. Kalau bisa lokasi kandang jangan terlalu sepi atau jarang dikunjungi atau dilewati orang sebab semakin sepi dan jauh dari manusia akan makin kurang produktif. Mungkin perkutut akan merasa aman dan nyaman bila sering bertatap muka dengan manusia.

Dengan demikian sebaiknya lokasi kandang jangan terlalu berisik misalnya dekat bengkel, dekat tempat latihan band dan lain-lain. Perkara hewan peliharaan misalnya anjing lama-lama juga akan beradaptasi tapi kucing adalah hewan yang paling ditakuti perkutut karena itu usahakan agar lokasi kandang tidak sering dikunjungi oleh kucing.
 

VIII. Memasukkan ke Kandang

Saat yang paling tepat mengawinkan perkutut adalah sore hari. Mandikan dan elus-elus dahulu keduanya baru dimasukkan ke kandang. Bisa terlebih dahulu disuapi kacang hijau yang telah direndam air hangat sampai empuk. Plus minyak ikan, vitamin B-kompleks, Vitamin E, atau jenis vitamin lainnya.

Kalau masih juga ogah jodoh dan sering berkelahi sebaiknya dipegang lagi, dimandikan lagi. Bila masih juga bentrok, cari mana yang ganas lalu masukkan ke sangkar dimana sangkar tersebut bisa dimasukkan ke kandang. Bila tidurnya sudah mulai berdampingan, tanda sudah mulai jodoh. Keluarkan yang ganas tadi dari dalam sangkar ke kandang penangkaran.

Perhatikan bila sudah mulai jodoh dan kawin-kawin menjelang bertelur, keduanya akan mencari benda apa saja untuk bisa dipakai untuk buat sarang. Yang paling ideal untuk dipakai adalah daun cemara kering atau akar rumput yang sudah kering.
 

IX. Manajemen Kandang

Catat kapan tanggal bertelurnya dan kapan menetasnya. Perkutut mengerami telurnya selama kurang lebih 14 hari. Sebaiknya catatan di secarik karton bekas tadi ditempatkan di bagian luar kandang (bisa dimana saja).

Bila ingin lebih produktif bisa memanfaatkan jasa puter untuk meloloh piyik dengan catatan piyiknya baru dipindah ke puter yang juga harus tengah mengeram. Setelah piyik tersebut berusia sekitar 7 hari atau setelah diberi cincin. Bila terlalu kecil dikhawatirkan mati terinjak puter. Sebaliknya bila terlalu besar atau sudah mulai belajar terbang, bulu mulai lengkap, piyik tadi ogah diloloh dan dirawat puter. Mau lebih produktif lagi caranya dengan memindahkan telur perkutut untuk dierami diamond dove atau ke pasangan perkutut lain yang biasa disebut babu. Caranya demikian memang membutuhkan ketelitian dan ketelatenan sebab kita harus tahu persis kapan perkutut bersangkutan bertelur dan kapan pula si diamond dove atau si babu bertelur.

Kalau tak pas tanggalnya bisa berantakan, karena baik babu atau diamond dove akan meninggalkan telurnya bila melewati 15 hari telur itu tak juga menetas. Atau bisa juga kaget bila telur yang dierami oleh babu atau diamond dove tadi lebih cepat menetas dari waktu yang semestinya.
 

X. Memantau Piyik

Setelah piyik produk peternakan kita sudah berumur 1.5 s.d. 2 bulan suara angin sudah mulai dikeluarkan. Pantau terus bagaimana perkembangannya. Bagus atau tidaknya piyik hasil ternakan kita tadi. Jangan terburu napsu untuk dijual karena kita tak akan pernah tahu bagaimana lagi perkembangannya bagus atau jelek.

Proses pemantauan sampai dewasa, tak hanya untuk anak pertama tapi kalau bisa hingga ke anak ketiga. Bila rata-rata lumayan bagus bisa diteruskan, sebaliknya bila rata-rata kurang bagus, bongkar kandang, ganti jantan atau betinanya yang dirasa kurang.

**TOM**
 


ARTIKEL UNTUK DISKUSI :

Rekan Perkutut Mania,

Kalau artikel sebelumnya "10 Langkah Beternak Perkutut" unsur darah sangat menentukan untuk menghasilkan perkutut juara. Tentu kita bertanya-tanya berapa dana yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan perkutut dengan embel-embel dari si anu. Pasti tidak kecil. Penulis saja pernah melihat untuk sepasang perkutut dengan embel-embel darah SPT 41 sudah berbanderol 15 juta sepasang dan deal dengan angka 10 juta dibeli oleh perkutut mania asal Ujung Pandang. Apakah setelah itu bisa dilahirkan perkutut dengan kualitas istimewa ? Kita belum tahu. Tapi beranikah Anda mencoba ?

Berikut artikel yang memiliki isi yang berbeda dari tabloid yang sama, silahkan anda menilai sendiri. Komentar Anda sangat kami harapkan, mungkin Anda memiliki pengalaman khusus mengenai hal ini yang dapat dibagikan kepada Perkutut Mania yang lain.

Agrobis Minggu III September 1998

Fanatisme Merk Mulai Luntur ; Masih Terbuka Peluang Bagi Si Gurem.

Siapa bilang tertutup kemungkinan bagi para peternak gurem untuk bersaing dengan para raksasa ! Siapa bilang yang berhak meraup rezeki kung hanya mereka yang bermodal tebal. Para peternak gurem dengan modal cekak-pun memiliki kesempatan yang sama bersanding dengan para raksasa !

Banyak yang bilang," Tidak ada orang pinter di perkutut". Demikian juga, "unsur rezeki tetap memegang peranan dalam sukses tidaknya beternak perkutut." Ungkapan itu benar adanya. Paling tidak bukti sudah menunjukkan belakangan sudah banyak nongol di nominasi juara produk-produk peternak yang sebelum ini dipandang sebelah mata karena masuk dalam kategori peternak gurem.

Logika kesempatan yang sama itu bisa ditarik dari penggunaan materi indukan. Bukankah yang diternak oleh para peternak saat ini rata-rata sudah dialiri trah darah bangsawan meski sudah turunan kesekian. "Kalau tahun 80-an barangkali untuk menggaet darah-darah bangkok memang susah. Tetapi sekarang, kan sudah pakai darah-darah bagus itu," tutur Pepen PSP.

Artinya, meski yang diternak perkutut murah dengan harga di bawah Rp.500 ribu sepasang, tetap punya kans untuk menurunkan anakan berkualitas. Toh belakangan banyak peternak raksasa bermodal gede yang juga menjual produk piyikannya dengan harga murah meriah sampai cepekan (seratus ribuan) per ekor. Perkutut-perkutut breng (afkiran) demikian, bagaimanapun masih menyimpan trah darah bagus di tubuhnya.

Sebab itu masih punya kemungkinan untuk menurunkan anakan yang bagus saat diternak. Ingat kisah Rafii. Peternak gurem asal Surabaya itu mampu melahirkan piyik (maksudnya tentu perkutut milik Rafii bukan si Rafiinya. he-he-he. ini dari penulis lho dan bukan dibuat-buat) Rp. 10 juta dari kandang di atas kompor. Kemudian kisah Bowo (KS), seorang penjaga SD yang berpenghasilan jutaan sebulan.

"Unsur rezeki memang amat berperan," timpal Mudji "Kuku Bima" Pct. Peternak guram empat kandang asal Surabaya itu baru saja melepas salah seekor piyiknya senilai Rp.10 juta oleh seorang pakar asal Surabaya. Adik-adiknya bahkan berbanderol Rp.2 juta sepasang bookingannya.

Meski gurem yang tak punya nama mereka tetap berpeluang melempar produk piyiknya berharga jutaan karena kualitasnya memang disana. Harap diingat juga, akhir-akhir ini fanatisme merek mulai memudar. Para Kung Mania, khususnya blok timur, tak lagi terlalu dipusingkan oleh merek cincin yang melingkar di perkutut. Demikian pula trah darahnya.

"Yang penting bagus, bukankah yang kita beli adalah suaranya bukan cincinnya," tandas H. Imam Basofi, pakar blok Timur. Dia memang dikenal tak peduli dengan merek asal bagus dia tetap berani membeli dengan harga setinggi-tingginya. "Beli perkutut itu untuk makanan kuping bukan makanan kucing," tambahnya.

Yang jelas menurut para pakar itu, bila peternak gurem ingin sukses harus diimbangi dengan ketekunan dan keinginan kuat dalam mempelajari perkutut. "Tidak bisa di rumah saja. Ongkang-ongkang kaki saja, tetapi harus juga sering datang ke lomba meski hanya sekedar menonton untuk melihat perkembangan tren suara," ingat Muji Pct yang farmnya bermerek Sasi Bird Farm.

Mereka juga harus sering-sering datang ke peternak besar atau showroom yang kini banyak bertebaran di kota-kota besar. Tidak harus membeli atau kalaupun membeli tidak harus yang berharga mahal.Cukup jeli memasang telinga, mengamati perkutut breng yang biasanya juga dipajang dengan harga murah meriah di bawah 500 ribu sepasang.

Bila jeli, memang bisa saja menggaet yang berkualitas cukupan asal tahu dan memahami teori beternak saja, peluang untuk menghasilkan perkutut bagus tetap terbuka. Meski dengan bibit breng-brengan, timpal Yono Sidoarjo, juga peternak gurem yang sedang naik daun.

Tak perlu segan memasuki kandang peternak besar atau showroom megah. Karena tak beli jugapun tak mengapa. Tujuannya, selain iseng kalau-kalau ketemu perkutut berkualitas murah meriah, juga dalam rangka menambah ilmu. Antara lain melirik tren suara, tren darah, sekaligus belajar memasang banderol. Oh, kalau kualitas demikian harga yang semestinya harus sekian. "Biar sewaktu kita menjual tak kemahalan atau kemurahan," tandas Mudji.

Bagaimana caranya menghadapi konsumen yang biasanya cenderung fanatik dan memandang rendah peternak gurem ? Kiatnya, jangan dijual di rumah, tapi bawalah ke lapangan. Itupun tidak harus diikutkan ke konkurs resmi berskala besar, tetapi cukup latihan-latihan berhadian atau latihan rutin yang juga sering digelar di kota-kota besar.

Ibaratnya menurut M. Ali Manis Manja, kalau dijual di rumah paling banter dihargai Rp.1 juta. Tetapi begitu digantang di arena latihan, harganya bisa melambung sampai Rp.5 juta bahkan lebih tergantung pada kualitasnya.

Nah, peluang masih terbuka, kesempatan masih membentang. Apalagi perkutut nampaknya sama sekali tak terimbas krisis, kenapa tak mencoba ?.

Tom


DASAR PENILAIAN SUARA PERKUTUT PADA KONKURS

Rekan Perkutut Mania,

Berdasarkan Keputusan Konggres P3SI Pusat di Jakarta tahun 1994, perkutut dinilai dari :

1. Angkatan (suara depan)

2. Tengah (suara tengah)

3. Ujung (tengkung atau suara ukung)

4. Dasar Suara (air suara)

5. Irama

Berikut adalah kutipan yang kami ambil dari "Sukses Dalam Konkurs Perkutut" karangan B. Sarwono. :

1. Angkatan (suara depan)

Burung yang mempunyai suara depan panjang (klauu, kleoo, klaoo, weoo), mengalun, dan menjerit seperti melempar tergolong dalam kategori baik sehingga nilainya tinggi. (Istilah yang kini populer didengar sehubungan dengan suara depan : nyelep, narik, dll.)

2. Tengah (suara tengah)

Burung harus mempunyai suara tengah "ke-tek" yang jelas, bukan hanya "ke" atau "tek" saja. "Ke-tek" ada beberapa macam, misalnya ke-te-te, ke-pe-tek, ke-te-te-te-te. Disini, suara tengah tidak harus panjang atau lebih banyak. Yang penting bunyi suara tengah jelas dan tidak kabur. Pada konggres tahun 1994, P3SI menetapkan standar suara tengah yang baik adalah minimal dua langkah, yaitu "ke-tek" atau "ke-te". (Istilah yang sering didengar sehubungan dengan suara tengah : step; langkah; jalan : tiga, engkel (empat), lima, sari, dobel, dobel plus, triple; jalan lelah; jalan bak kereta api; tengah goyang; dll. ).

3. Ujung

Suara ujung atau suara akhiran kuuung yang baik adalah yang menggaung, berat, panjang, dan dengan nada menurun. Makin panjang kungnya, semakin baik nilainya. Akhiran kung ada beberapa macam, seperti kuuung, koong, atau kooo. (Istilah yang sering didengar sehubungan dengan suara ujung : tengkung, buangan, dll.)

4. Dasar Suara (air suara)

Dasar suara harus lantang (bisa keras, nyaring, tebal, bedah karang, dan sebagainya), jelas terdengar, dan nadanya tidak naik turun. Burung yang mempunyai suara seperti itu akan mendapat nilai yang tinggi untuk dasar suaranya. (Istilah sehubungan dengan dasar suara : power)

5. Irama

Irama atau lagu merupakan keserasian antara suara depan, tengah, dan belakang. Semakin serasi (luwes) dengan pembagian ritme seimbang, semakin tinggi nilai yang diberikan juri. (istilah yang sering didengar sehubungan dengan irama : ayu)

Suara dobel, tripel, atau suara tengah banyak, bukan jaminan bahwa suara burung itu baik. Semakin banyak suara tengahnya, biasanya semakin lemah suara belakangnya, "kung"nya tipis.

Burung yang engkel bisa menjadi juara asal nggacor, berbunyi stabil sampai sekitar 8 (delapan) kali pantauan juri, koordinator, maupun dewan. Dewasa ini, suara engkel kurang mendapat perhatian. Orang lebih suka mendengar suara yang jalan lima, dobel ketek, atau triple. Namun, menurut aturan P3SI, suara jalan empat atau empat tutukan (misal : kleo ke-te kooong) merupakan kategori ideal. Yang terpenting alunan iramanya teratur, kalem, tidak terburu-buru, dan stabil, baik tempo maupun vokalnya. Suara yang kalem didengar lebih sopan dan lebih dapat dinikmati daripada yang suaranya cepat dan temponya pendek.
 


Rekan Perkutut Mania,

Sebelumnya kita sudah membahas mengenai 5 (lima) unsur suara yang menjadi patokan dalam penilaian yakni suara depan, suara tengah, suara ujung, dasar suara dan irama suara.

Dalam konkurs yang selama ini ditemui angka tertinggi tercapai adalah sebesar 45 dimana masing-masing unsur suara mendapat penilaian 9 (sembilan). Nilai ini adalah nilai sempurna yang dicapai oleh seekor perkutut juara.

Berikut ini adalah kutipan dari Fauna 04/ Maret 1999 :

Pemberian Nilai

Penilaian awal (bendera tanda bunyi) dapat diberikan setelah burung peserta konkurs berbunyi sekurang-kurangnya 4-5 kali. Untuk burung yang sudah dinilai diberikan bendera tanda penilaian. Bilamana jumlah nilai mencapai 42 (dari total nilai lima unsur suara) sampai dengan 42,5 diberikan tanda berupa bendera koncer satu warna (kuning).

Untuk jumlah nilai 43 sampai dengan 43,5 dapat diberikan oleh juri penilai setelah mendapat persetujuan dari koordinator juri dan burung yang dinilai telah berbunyi sekurang-kurangnya 8 kali serta memenuhi syarat keindahan suara.

Adapun bendera koncer untuk nilai 43 adalah dua warna (kuning dan hijau). Sedangkan bendera koncer untuk nilai 43,5 adalah tiga warna (kuning, hijau dan putih).

Untuk jumlah nilai 44 sampai dengan 44,5 diberikan setelah mendapat persetujuan dari seorang koordinator juri dan ketua juri (dewan juri). Burung yang dinilai dan berhak naik nilai dari dua warna ke tiga warna atau dari tiga warna ke empat warna, sekurang-kurangnya harus bunyi 8 kali berturut-turut serta memenuhi syarat keindahan bunyi.

Nilai 44 akan diberikan tanda berupa bendera koncer empat warna (kuning, hijau, putih dan biru). Sedangkan jumlah nilai 44,5 akan diberikan tanda berupa bendera koncer lima warna (kuning, hijau, putih, biru dan merah).

Jumlah nilai 45 adalah nilai sempurna yang hanya dapat diberikan kepada burung yang memenuhi persyaratan antara lain :

A. Memenuhi semua kriteria keindahan suara yang ditentukan.

B. Berbunyi sekurang-kurangnya 10 kali berturut-turut tanpa kesalahan atau penurunan kualitas.

C. Disaksikan dan disepakati bersama oleh juri penilai, dua orang koordinator juri dan ketua juri (dewan juri)

Bagi burung peserta yang mendapat jumlah nilai 45 diberikan tanda penilaian berupa bendera koncer khusus atau istimewa. Biasanya berbentuk bola tenis (pimpong) atau tanda-tanda khusus lainnya yang terletak di bagian paling atas bendera koncer tersebut (empat warna + tanda khusus).