CLIPPING

Dari Kejurnas Perkutut P3SI 1998 
Selendang Sutera Menang Start, Camdessus Salah Strategi
Sumber :  Agrobis
Edisi      :  Minggu ke-3 September 1998
 

Ini dia pertarungan paling menegangkan tahun ini. Kala bintang bertemu bintang, pertarungan sengit pun tak terhindarkan. Apalagi konkurs paling bergengsi ini diikuti oleh seluruh jawara tanah air. Baratayudha pun tergelar Minggu 13 September 1998 di Tasikmalaya.

Selendang Sutra (Sumatera - I) milik Hendry Soebandy berhasil menggaet piala bergilir P3SI setelah berjuang sengit meninggalkan lawan-lawan tangguhnya. Dengan perolehan nilai berturut-turut babak I - 3 warna (43,5), babak II - 4 warna (44), babak III - 4 warna (44) dan ditutup manis dengan 4 warna pula (44) di babak IV, terbitan GM-54 Tasikmalaya itu menang start dibanding Camdessus milik H. Imam Basofi.

Andalan blok timur itu gagal mencuri angka di babak awal setelah hanya sukses meraih dua warna ( 43 ) di babak I, 3 warna ( 43,5 ) di babak II, 4 warna ( 44 ) di babak III & IV. Andai saja di babak terakhir itu Camdessus berhasil menggaet 5 warna tentu ia berhasil menyingkirkan selendang sutera.

Itulah saat - saat paling menegangkan. Khususnya ketika Camdessus berhasil meraih 4 warna naik dari 3 warna. Setelah itu masih pula rajin bunyi dan berpeluang menambah menjadi 5 warna. Sayang ketika dewan juri yang berwenang menaikkannya menjadi 5 warna menghitung bunyi Camdessus kurang memenuhi syarat jumlah bunyi  berturut - turut, hingga batal dinaikkan nilainya. H. Imam Basofi dan supporter blok timur sampai histeris dan berkali - kali meneriaki dewan juri, M. Said “ id, Said ini harus dipantau dong, datanglah ke sini dong “ dalam nada tinggi melengking kristal dengan aksen khas Madura sambil sesekali mengangkat kakinya seakan turut memberi tenaga kepada jagoannya. 

Sayang dengan 4 warna di babak akhir berarti Camdessus diungguli Selendang Sutera karena jagoan Henry Subandi seharga 200 juta itu berhasil mengumpulkan 4 warna di tiga babak.

Dag - dig juga terjadi manakala Bukan Basa Basi nge - fight di babak- babak terakhir. Jagoan 80 juta milik duet Ke Tiong dan Ronny itu juga berpeluang menggeser Camdessus dari posisi Runner up. Sayang dia juga kalah start. Sebab di lain blok Samiaji lebih dulu menyabet 3 warna, 0,4 warna dan 4 warna. Andai saja di babak kedua bukan Basa Basi berhasil meraih 4 warna tentu mampu meninggalkan Samiaji dan bersaing ketat dengan Camdessus. 

Persaingan 4 jagoan itu memang terhitung seru dan menegangkan. Apalagi posisi gantangan Camdessus, Bukan Basa Basi yang satu blok nyaris sejajar  pandang dengan Selendang Sutera, meski pisah blok dengan jarak cukup jauh antara ujung dengan ujung. Pengelompokkan Supporter Bukan Basa Basi dan Camdessus yang berhimpitan sesama blok timur berhadapan dengan posisi supporter Selendang Sutera.

Saat yang satu ngefight diikuti dengan teriakan  dan sorakkan membahana. sebenatr kemudian disusul oleh supporter lainnya. Saling sahut milik supporter sepakbola. “Ini baru namanya lomba. Seru dan menegangkan,” 

Kalah start 
ihwal kekalahan blok timur yang kalah start, yakni kurang gocor di babak I dan II, menurut sejumlah pengamat dikarenakan kesalahan dalam mengatur strategi. Kecenderungan suhu dan iklim Tasikmalaya yang memasuki masa pancaroba tidak terbaca. Meski hujan tak sampai turun, nenerpa kalah mendung menggantung memayungi arena lomba.

Jago - jago blok timur yang terbiasa dengan suhu panas menyengat sedikit berangin memang kurang bisa diandalkan saat awan berpayung mendung apalagi di udara lembab dengan tiupan angin sepoi berair. “ Cuaca begini mah.. santapan bagi burung - burung blok barat “ tutur seorang pengamat dari Tasikmalaya. Dia benar, karena begitu awan bergeser matahari menyengat, saat itulah jago - jago blok timur mulai menunjukkan kelasnya.

Antisipasi sebetulnya sudah dilakukan, di antaranya dengan menyetel ulang ikatan di leher agar cocok dengan cuaca sejuk. Langkah itu berdasarkan pengalaman ketika berlangsungnya Galunggung Cup beberapa bulan silam di mana nyaris semua jawara mengeluarkan suara noklak. Namun strategi itu nampaknya hanya efektif mengurangi noklak, bukan bagaimana mengocorkan perkutut di langit mendung.

Strategi ditunjang pengalaman menguasai lapangan nampaknya efektif diterapkan oleh tuan rumah. “ Melihat tasik beberapa hari ini selalu diselimuti mendung, kami berusaha menyesuaikan dengan mencoba ramuan makanan lain,” ungkap seorang pakar Tasikmalaya, antara lain, menurutnya, dengan menambah porsi godem dan ketan hitam.

Lancar dan Sukses
Meski seru dan menegangkan, perjalanan konkursnya sendiri bisa dibilang lancar dan sukses. Tak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan , misalnya protes keras dan peserta atau kejadian-kejadian lain. Teriakan para supporter yang membahana juga masih dalam batas-batas kewajaran kalau tidak bisa disebut itulah bumbunya konkurs perkutut. “Kalau tidak ada teriakan juga tidak seru rasanya. Adem ayam saja kelihatannya,” Tutur seorang panitia.

Kesuksesan lain yang diraih panitia adalah penuhnya 6 blok (252 gantangan) yang  disediakan panitia di lapangan Palem Permai. Walaupun sempat ada keberatan dari kubu Blok timur perihal posisi lapangan di mana posisi gantangan berbentuk huruf L, dua blok diantaranya agak terpisah “Posisi lapangan demikian akan menyusahkan kerja dewan juri” ujar H. Muhamad.

 



PerkututMall           http://perkututmall.tripod.com           e-mail : okto@bigfoot.com